SEPUCUK SURAT UNTUK AYAH DARI ANAKKU

 

Ayah... terus terang bunda takut bunda lupa. Suatu saat nanti saat hati bunda sudah tenang dan waktu sudah berlalu, bunda takut nggk bisa ingat semua kenangan kemarin. Biar tulisan ini jadi jejak kalau ayah selalu ada di hati bunda dan nggak tergantikan.

Waktu ayah sakit dirumah bunda bilang, gini harusnya bunda bisa nyetir kan enak, biar bunda bisa ngantar ayah kalau sakit. Ayah nggk pernah bolehin bunda.
ayah: "iya nanti kalau ayah sudah sembuh, bunda les nyetir, tp ayah tetep temenin bunda dibelakang. Soalnya ayah nggak tega bunda sendiri." 
Bunda: "oke janji ya yah?"
ayah: "oke."
Bunda: "Yah nanti kalau ayah sudah sembuh, cuaca sudah baik ayok kita jalan2. Soalnya butuh refreshing ini."
ayah: "oke bunda."

Karena ayah panas terus, akhirnya kita ke RS dengan harapan ayah sembuh. Sama sekali nggk menyangka kalau sakit ayah separah itu. Tapi ayah kelihatan kuat. Bahkan sampai di ruangan dengan nafas yang sulit, ayah tetap kuat. Bunda masih yakin ayah sembuh. Bunda kasih ayah semangat terus, "ayah kuat ya?" "Iya ayah kuat." Begitu terus sampai malam datang. Tiba2 ayah batuk dan batuknya keluar darah biarpun nggk banyak, bunda panik. Lalu ayah bilang "Bun, ayah nggak kuat." dengan tangis yang hampir pecah bunda bilang "Ayah kok bilang gt? Ayah kuat kan? Katanya mau nyekolahin yuna, katanya mau jalan2, ngajarin bunda nyetir? Ayah kuat ya?" Sambil elus2 dada ayah. Trs ayah jawab "iya ayah kuat." Bahkan dengan kondisi nafas yg saturasi hanya 60. Ayah bertahan sampai esok hari di RS.

Sampai hari kedua, ayah yang harusnya ke ruang ICU, masih jg belum dapat ruangan. Bahkan sudah menanyakan ke seluruh RS di mojokerto tapi semua ruang ICU penuh. Bunda dengan kondisi tidak tidur tetap harus kuat, tetap makan dan minum vitamin agar bisa jaga ayah. Sambil menunggu kabar ruang ICU, semua saudara berusaha mencarikan sampai akhirnya tengah malam ada kabar segera berangkat untuk dirujuk. Tapi sudah ditunggu trnyata harus ditunda lagi. Akhirnya menunggu lagi dengan kondisi ayah berusaha mengatur nafas agar tetap bertahan dengan oksigen.

Tiba tiba waktu malam bicara ayah mulai melantur, bunda pingin nangis tapi tetap berusaha optimis, ayah pasti bisa, ayah kuat. Bunda cuma bisa terus2an berdoa di sebelah ayah, tp ayah sempet2nya bilang kasihan bunda nggak tidur. Bunda nggak apa2 yah, tak temenin. Terus tiba2 ayah genggam tangan bunda, "Bunda, Ayah minta maaf ya?" Seketika bunda jawab "Ayah ngapain minta maaf? Jelas dimaafin lah sama bunda, ayah nggk usah minta maaf, yg penting ayah fokus harus kuat. Ayah dikasih sakit kayak gini sama gusti Allah buat penghapus dosa." 
Ayah lihat bunda dan jawab "iya ayah kuat."

Dengan kondisi ayah kesulitan nafas bunda cuma bisa bolak balik keruang perawat dan minta tolong. Tapi jawaban sama, pihak RS sudah  memberi oksigen paling besar yg ada. Jd hanya bisa berdoa dan menunggu ada ruang ICU. Biarpun jawabannya sama, bunda tetap nggak tega dan bolak balik kesana. Sampai bunda minta maaf ke perawat, mohon jangan capek sy repoti terus ya mbak. Pasien ini lho masih kuat mbk dengan kondisi demikian, tetap semangat bertahan.

Alhamdulillah dengan kondisi tsb ayah masih bisa lancar mengucap istighfar, laailaha illallah, laahaulawalakuwwataillabillah. Sama sekali nggk mengira ayah bakal pergi.

Sampai akhirnya pagi datang di hari ketiga, dengan kondisi kami berdua tidak tidur. Bisa bayangkan bunda yg nggk sakit aja rasanya lelah, apalagi ayah dengan kondisi kesulitan bernafas dan tidak tidur.  Selama sakit ayah nggk mau vcall, apalagi sm anak kita, ayah nggk mau dia lihat kondisinya. lalu setelah dibujuk, akhirnya ayah mau vcall dengan keluarga, tanpa si kecil. Kami vcall bersama dengan kluarga yang memberi semangat. Meskipun berusaha tegar, melihat keluarga di telpon rasanya nggk bisa menahan tangis. Tetap bunda jawab dengan ceria meskipun sambil nangis.

Lalu tiba kabar kalau ayah akan segera berangkat untuk dirujuk ke RS yg sudah ada ICU. Padahal sebelumnya ayah sudah pasrah disini aja sampai dapat ICU di RS yg sama karena kondisi yg sangat lemah. Setelah konfirmasi dengan keluarga akhirnya kita berangkat, meskipun dengan pilihan yg sangat sulit. Dibiarkan menunggu tanpa kepastian atau berangkat tp beresiko di perjalanan karena saturasi yang sangat kecil.

Akhirnya bismillah kita berangkat dengan ambulan. Di perjalanan, bunda nggk henti2nya kasih ayah semangat, menuntun istighfar dll, dengan kondisi tangan bunda terus2an mengayun kipas karena bunda tahu ayah nggak tahan suhu panas, apalagi perjalanan pukul 11 siang. Saat turun bunda lihat ayah masih bernafas meskipun sulit, dengan kondisi lemah. Lgsg disambut oleh dokter paru di IGD, bunda yg sendirian otomatis harus mengurus sendiri pendaftaran pasien ke loket. Sedangkan keluarga lain masih perjalanan menyusul ke RS.
Nggak disangka, bunda kembali tapi ayah sudah kritis, sudah nggak sadar. Bunda terus2an ngajak ayah ngobrol smpai akhirnya kondisi jantung ayah meningkat. Bunda masih optimis ayah kuat. Bunda terus berdoa dan ngajak ayah ngobrol. Tapi gusti Allah sudah punya ketetapan buat ayah. Gusti Allah sayang sama ayah. Ayah dipanggil lebih dulu. Bunda nggak kuasa menahan tangis, nggk peduli kondisi sekitar, cuma bisa menangis sambil panggil ayah memohon ampun. Kaki bunda seketika lemas tapi harus menginformasikan kabar duka pada keluarga.

Allahumma firlahu warkhamhu waafii wa'fuanhu

Semoga ayah tenang disana, diampuni dosanya, dilapangkan kuburnya, Alfatihah 🤲

Komentar

Postingan Populer